Perhatikanlah penduduk di sekitar tempat tinggal kamu memperoleh air dari mana saja ? Apakah air tersebut akan habis dipergunakan oleh mereka? Mungkin sebagian dari mereka memperoleh air dari sumur yang dibuatnya. Sebagian yang lain mungkin dari danau, sungai, waduk, atau bahkan dari lembaga penyedia air. Namun, walaupun terus dimanfaatkan, air tersebut tidak habis. Mengapa demikian? Karena saat sinar matahari memanaskan permukaan bumi, terjadi penguapan atau evaporasi.
Dalam proses penguapan, air (zat cair) berubah wujud menjadi uap air (zat gas). Uap air tersebut lalu naik menjauhi permukaan bumi dan terjadilah proses kondensasi (perubahan uap air menjadi titik-titik air). Bersamaan dengan proses tersebut, terbentuklah awan dan selanjutnya turun sebagai hujan. Demikian seterusnya, air berubah wujud menjadi uap dan kadang menjadi es, kemudian berubah menjadi air kembali. Melalui proses tersebut, dapat dimengerti mengapa air tidak pernah habis.
Proses ini dikenal sebagai siklus air atau siklus hidrologi. Ada tiga siklus air, yaitu siklus pendek, sedang, dan panjang. Untuk memahami prosesnya, amati gambar-gambar berikut ini.
Siklus Pendek |
Siklus Sedang |
Siklus Panjang |
Akibat sebagian hutan telah ditebang untuk kepentingan manusia, fungsi hutan menyimpan cadangan air pada saat musim hujan menjadi tidak berfungsi. Pada saat musim hujan, air hujan mengalir ke sungai dan kemudian ke laut tanpa banyak mengisi cadangan air dalam tanah. Akibatnya, pada musim kemarau hanya sedikit air dalam tanah yang tersedia akibat penebangan hutan yang tidak terkendali.
Tidak adanya air yang mengalir ke sungai-sungai yang ada sehingga sungai-sungai tersebut menjadi kering. Air di Indonesia tersedia dalam berbagai bentuk, antara lain air hujan, air danau, air sungai, dan air tanah.
Proses turunnya hujan dan jenis-jenisnya dapat dibaca pada artikel ini.
No comments:
Post a Comment