Wednesday, 26 August 2015

Pembentukan Muka Bumi

Jika kita amati dengan seksama, bentuk muka bumi kita tidaklah rata atau datar, tetapi ada tinggi dan ada yang rendah. Perbedaan tegak lurus antara bagian tinggi dan rendah pada permukaan bumi dinamakan relief atau topografi. Topografi Indonesiamacam -macam, seperti lipatan, patahan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, bukit-bukit, pegunungan, basin, dan palung. Bentuk-bentuk muka bumi itu terdapat di daratan dan dasar laut. Pada hakikatnya, dasar laut adalah bagian atau sambungan dari daratan. Bentuk muka bumi Indonesia adalah hasil kerja tenaga geologi, yaitu tenaga atau kekuatan yang mengubah bentuk muka bumi. Kekuatan yang mengubah kulit bumi ada dua macam, yaitu tenaga endogen dan eksogen.

1. Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi membentuk relief yang sifatnya membangun. Yang termasuk ke dalam tenaga membangun antara lain:

a. Gerak Tektonik (Tektogenesis)
Gerak tektonik atau disebut juga tektogenesis adalah gerak lapisan kulit bumi, baik secara mendatar ataupun vertikal akibat adanya pengaruh dari gerakan dan sirkulasi magma dalam dapur magma secara terus-menerus. Gerak tektonik meliputi dua macam yaitu gerak epirogenesis dan gerak orogenesis.

1) Gerak Epirogenesis
Gerak Epirogenesis adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit dengan arah vertikal baik ke atas atau ke bawah dengan gerakan yang relatif lambat, berlangsung dalam waktu yang
lama dan meliputi daerah yang luas. Berdasarkan arah geraknya, gerak epirogenesis dibagi dalam 2 macam, yaitu:
  1. Epirogenesis Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga permukaan laut kelihatan naik. 
  2. Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan.

2) Gerak Orogenesis
Gerak Orogenesis adalah gerak atau pergeseran kulit bumi dengan arah mendatar baik berupa tekanan atau tarikan yang relatif lebih cepat dan meliputi daerah yang sempit. Tekanan vertikal dan horizontal serta tarikan pada kulit bumi menyebabkan terjadinya dislokasi atau berpindah-pindahnya lapisan kulit bumi yang membentuk:
  1. Pegunungan lipatan, seperti: pegunungan Bukit Barisan di Sumatra, pegunungan Kendeng dan Rembang di Jawa Timur.
  2. Pegunungan patahan seperti Patahan Semangko di Bukit Barisan dan Patahan Lembang di Bandung.
  3. Depresi kontinental (tanah turun/anjlokan), yaitu turunnya permukaan bumi menjadi lebih rendah dari daerah sekitarnya.

Gerakan-gerakan kerak bumi tadi dalam prosesnya menghasilkan bentuk-bentuk baru yang khas berstruktur diastropik yang disebut gejala diastropisme yang meliputi pelengkungan, pelipatan, retakan dan patahan.

Struktur Pelengkungan (Wraping). Terjadi apabila lapisan kulit bumi memperoleh tekanan dari tenaga endogen secara vertikal yang tidak merata, sehingga membentuk pola batuan di muka bumi yang berstruktur melengkung.
Struktur Pelipatan (Folding). Terjadi sebab adanya tenaga endogen yang tekanannya lemah pada lapisan batuan yang plastis dengan arah mendatar atau horizontal sehingga membentuk muka bumi yang berstruktur lipatan. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal dan bagian lembah lipatan disebut sinklinal. Proses pelipatan tidak hanya sesaat tetapi berlangsung terus-menerus dalam kurun waktu yang lama sehingga membentuk beberapa macam lipatan.
a) Lipatan tegak/simetris
b) Lipatan miring
c) Lipatan menggantung
d) Lipatan isoklinal
e) Lipatan rebah
f) Sesar sungkup

Struktur Retakan (Jointing). Terjadi akibat adanya tenaga endogen yang kuat menekan lapisan kulit bumi yang mempunyai ikatan lemah dengan arah berlawanan sehingga membentuk muka bumi yang berstruktur retakan.
Struktur Patahan (Faulting). Terjadi sebab lapisan batuan memperoleh tarikan yang kuat dari tenaga endogen dengan arah simetris tegak, mendatar, miring dan memutar sehingga jenis batuan yang sama mengalami putus hubungan, atau kedudukannya tidak sejajar lagi dan salah satu jenis batuan hasil patahan berpindah tempat atau bergeser. Bidang tempat retak atau patahnya lapisan kulit bumi disebut bidang patahan, sedangkan bidang patahan yang telah mengalami pergeseran disebut sesar (fault).
a) Sesar turun atau sesar normal
b) Sesar naik
c) Sesar sungkup
d) Sesar mendatar
e) Sesar menjauh

Macam-macam bentukan hasil patahan seperti di bawah ini:
  1. Graben atau Slenk yaitu jalur lapisan kulit bumi yang lebih rendah dari lapisan sekitarnya.
  2. Horst yaitu jalur lapisan kulit bumi yang meninggi pada lapisan sekitarnya.
  3. Fleksur (tanah bungkuk) yaitu bentukan yang terjadi akibat tekanan yang kuat mendesak lapisan yang rapuh dan lapisan plastik. Pada bagian lapisan yang plastik membentuk tanah bungkuk.
  4. Sesar tangga (Stef Faulting) yaitu seperangkat gejala sesar turun dengan arah lemparan yang sama.

b. Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan batuan lebih atas atau ke luar sampai permukaan bumi melalui
rekahan kulit bumi atau pipa kepundan. Magma ialah batuan cair pijar bersuhu tinggi (sekitar 1.100°C) yang terbentuk dari berbagai mineral dan mengandung gas yang larut di dalamnya. Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava.

Gunung berapi adalah salah satu bentukan di permukaan bumi yang terjadi sebab ada tenaga dari dalam bumi berupa peristiwa vulkanisme. Gunung api tidak hanya ada di daratan tetapi juga terdapat di dasar laut.

Bentuk-bentuk gunung api tergantung pada kekuatan tenaga endogen yaitu tekanan gas, kedalaman dapur magma, luasnya sumber/dapur magma dan sifat magma (cair/kental). Dilihat dari bentuk dan terjadinya, gunung api ada tiga macam antara lain berikut ini.

Gunung Api Maar (Embryo). Gunung api maar terbentuk sebab erupsi eksplosif (ledakan yang luar biasa kuatnya) hasilnya bahan-bahan lepas/ padat. Contoh: Gunung Lamongan di Jawa Timur, Danau Atar di Sumatra Barat.
Gunung Api Kerucut (Strato). Gunung api kerucut terjadi sebab letusan dan lelehan secara bergantian, bentuk badannya seperti kerucut berlapis- lapis dan bahan yang dikeluarkan bahan lepas dan lava.
Gunung Api Perisai (Tameng). Gunung api perisai terjadi sebab lelehan atau cairan yang keluar membentuk lereng yang sangat landai membentuk seperti perisai dengan sudut kemiringan lereng antara 1° – 10°. Bahannya adalah lava yang bersifat sangat cair. Contoh: Gunung Mauna Loa dan Kilauea di Hawai.

Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, sekitar 129 buah masih aktif dan 70 buah di antaranya tidak menunjukkan letusan. Gunung api di Indonesia persebarannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Kepulauan Sunda, memanjang dari utara Sumatra, Jawa, Bali sampai Alor (termasuk sirkum mediteran)
  2. Kumpulan Banda, muncul di dasar laut Banda dengan ketinggian lebih dari 100 meter (termasuk sirkum mediteran)
  3. Kumpulan Minahasa dan Sangihe Talaud, gunung api yang sangat aktif (termasuk sirkum Pasifik) misalnya Gunung Soputan dan Gunung Lakon.
  4. Kumpulan Halmahera, di bagian tengah antara Makian dan Tobelo, misalnya Gunung Api Tidore dan Maitara.
  5. Kumpulan Bhontain, kumpulan gunung api besar di Sulawesi Selatan, tetapi sudah tidak aktif.

Gejala vulkanisme adalah berbagai bentukan yang menyertai peristiwa keluarnya magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan batuan lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Berbagai bentukan muka bumi akibat gejala vulkanisme adalah:
  • Kaldera, yaitu kawah kepundan yang amat besar, luas dan bertebing curam, misalnya kaldera gunung Tengger (sekitar 8 Km).
  • Leher vulkanik, yaitu sisa magma yang membeku pada pipa kepundan yang lapisan tanah penutupnya terkelupas.
  • Dome Vulkanik, yaitu kubah di sekitar gunung berapi akibat dari instrusi magma menekan lapisan kulit bumi bagian atas dan terjadi pelengkungan.
  • Dataran lava, yaitu dataran tinggi atau plato yang berasal dari lava.
  • Bentuk kerucut gunung api yang terbentuk secara berlapis-lapis.
  • Meja Lava, yaitu permukaan bumi yang datar dan relatif lebih tinggi dari sekitarnya menyerupai meja yang berasal dari lava.
  • Kawah Maar, yaitu kawah gunung api kecil yang telah mati dindingnya berbentuk lingkaran.

Menurut proses terjadinya, batuan dibagi tiga kelompok yaitu batuan beku, batuan endapan (sedimen), dan batuan malihan (metamorf).

1) Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibagi menjadi tiga macam antara lain:
  1. Batuan beku dalam (plutonik/abisik) yaitu batuan yang tempat pembekuannya di dalam kulit bumi dan proses pembentukannya lambat sehingga membentuk kristal kasar. Contoh: diorit, granit dan gabro.
  2. Batuan beku gang atau korok yaitu batuan beku yang tempat pembekuannya di lubang saluran magma (diatrema) atau pada celah-celah batuan kulit bumi dengan proses pembekuan relatif cepat sehingga bentuk kristalnya halus. Contoh: Aplit, Odinit, Posfir dan Periodit.
  3. Batuan beku luar atau batuan beku lelehan yaitu batuan beku yang tempat pembekuannya di luar kulit bumi. Contoh: Andesit, Basalt, Batu Apung, Dasit, Liparit, dan Trocit.

2) Batuan Endapan (Sedimen)
Batuan beku dapat mengalami pelapukan sebab pemanasan matahari, hujan, pendinginan, hembusan angin, aliran air, gelombang, dan oleh makhluk hidup. Serpihan-serpihan batu itu diangkut, lalu diendapkan di tempat lain, mengeras sehingga menjadi batuan sedimen.
Dilihat dari media yang mengendapkannya, batuan sedimen dibagi tiga macam yaitu:
  1. Batuan Sedimen Aeolik (Aerik), yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh angin. Contohnya Tanah Los, Tanah Tuf dan Tanah Pasir di daerah gurun.
  2. Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh es atau gletser. Contohnya morena.
  3. Batuan Sedimen Aqualis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh air. Contohnya: (1) Breksi, yakni batuan sedimen yang terdiri dari batu-batu bersudut tajam yang sudah direkat satu sama lain. (2) Konglomerat, yakni batuan sedimen yang terdiri dari batu yang bulat yang sudah direkat satu sama lain. (3) Batu Pasir

Berdasarkan tempat diendapkannya, batuan sedimen terdiri atas:
  1. Batuan sedimen teristis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di darat, misalnya tanah loss.
  2. Batuan sedimen marine.
  3. Batuan sedimen limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau atau di daerah rawa, misalnya tanah gambut.
  4. Batuan sedimen glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di daerah es, misalnya moreine.
  5. Batuan sedimen fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di sungai, misalnya pasir.

3) Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan metamorf ialah batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan bentuk dan sifat (metamorfosis).
  1. Metamorfosis Termal/Kontak, yaitu batuan yang terbentuk sebab perubahan suhu sebab letaknya dekat dengan magma. Misalnya marmer berasal dari batu kapur dan Antrasit berasal dari batubara.
  2. Metamorfosis Dinamo, yaitu batuan yang terbentuk sebab perubahan tekanan. Misalnya batu sabah yang berasal dari tanah liat.
  3. Metamorfosis Regional, yaitu batuan yang terbentuk sebab faktor suhu dan tekanan yang bekerja bersamasama, serta adanya unsur-unsur batuan lain dan gas yang masuk pada waktu terjadi kontak dengan magma. Misalnya Gneis, Skis, dan Shale.

c. Gempa Bumi (Seisme)
Gempa bumi adalah getaran-getaran yang dirasakan di permukaan bumi disebabkan oleh adanya energi dari dalam bumi yang melepaskan kekuatan sehingga menimbulkan gerakan lapisan-lapisan kulit bumi. Gempa bumi dirambatkan melalui tiga macam getaran, yaitu:

Getaran Longitudinal (merapat-merenggang). Getaran ini disebut getaran primer yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan 7 – 14 km per detik.

Getaran Tranversal (naik-turun). Getaran ini disebut getaran sekunder yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan 4 – 7 km per detik.

Getaran Gelombang Panjang. Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi dengan kecepatan 3,8 – 3,9 km per detik

Bagian-bagian Gempa
Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum dengan kedalaman 10 sampai 50 km, gempa yang ditimbulkan tergolong gempa bumi dangkal dengan getaran yang sangat kuat dan sering menimbulkan musibah di permukaan bumi. Pusat gempa di permukaan bumi di atas hiposentrum disebut episentrum, dari sini gempa dirambatkan ke segala arah melalui getaran gelombang panjang dengan kecepatan 3,5 – 7 km per detik.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan gempa bumi, seperti berikut ini:

Homoseista, adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa pada waktu yang sama.
Isoseista, adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui oleh gempa yang sama intensitasnya.
Pleistoseista, yaitu garis khayal pada peta yang mengelilingi daerah yang memperoleh kerusakan terhebat dari gempa bumi.

Faktor-faktor Penyebab Gempa Bumi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gempa bumi yaitu sebagai berikut.
a) Pergeseran Kulit Bumi
Gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran letak kerak bumi atau kulit bumi, disebut dengan istilah gempa tektonik atau gempa dislokasi. Lempeng-lempeng kulit bumi itu setiap saat melaksanakan pergeseran atau bergerak dari posisi sebenarnya akibat pengaruh tenaga yang kuat dari lapisan bumi bagian bawahnya. Ketika terjadi tumbukan di antara dua lempeng, sering diiringi oleh peristiwa patahan dari bagian-bagian lempeng yang saling berbenturan. Peristiwa patahan lempeng menimbulkan getaran yang hebat

b) Aktivitas Gunung Berapi (Vulkanisme)
Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi, disebut gempa vulkanik. Vulkanisme adalah peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi melalui lubang magma yang ada pada badan gunung api. Hal ini disebabkan adanya tenaga tekanan yang sangat kuat dari dapur magma untuk mengeluarkan cairan magma ke permukaan bumi. Ketika sampai di mulut lubang magma di permukaan bumi, bahan-bahan cairan magma itu dimuntahkan sekaligus sehingga menimbulkan suara dan getaran yang hebat.

c) Runtuhan (Terban)
Gempa yang disebabkan oleh adanya runtuhnya sebidang tanah yang cukup luas di bawah permukaan bumi atau longsornya tanah perbukitan di permukaan bumi dan atau runtuhnya gua-gua di daerah kapur dan pertambangan, disebut sebagai gempa runtuhan atau longsoran (Terban). Ketika ambruknya sebidang tanah di bawah permukaan bumi akibat adanya kekosongan tanah, menimbulkan getaran yang dirambatkan ke permukaan bumi sebagai gempa bumi.

Macam-macam Gempa
Berdasarkan intensitasnya gempa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
  1. Makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan alat.
  2. Mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan perangkat saja.

2. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi yang sifatnya merusak. Pelapukan, erosi, dan sedimentasi adalah tenaga eksogen yang ketiganya bersifat merusak permukaan bumi sehingga menghasilkan bentukan-bentukan baru pada relief permukaan bumi. Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi antara lain air, sinar matahari, cuaca (suhu, tekanan dan kelembapan udara, angin, curah hujan), gletser serta organisma yang bekerja bersama-sama atau secara terpisah dalam proses denudasi. Denudasi adalah proses erosi lanjut yang menyebabkan tersingkapnya induk batuan setempat.


a. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses penghancuran atau perusakan dan pelepasan partikel-partikel batuan yang dipengaruhi oleh cuaca (temperatur), air atau organisme. Beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan pelapukan, antara lain:
  1. Tingkat kekuatan atau kekompakan batuan. 
  2. Topografi atau kemiringan lereng. 
  3. Keadaan vegetasi atau organisme lain. 
  4. Cuaca/iklim
Pembentukan Muka Bumi
Proses Pelapukan
Ada tiga jenis pelapukan, yaitu sebagai berikut.
1) Pelapukan Fisis atau Mekanis
Faktor-faktor gejala alam yang menyebabkan terjadinya pelapukan fisis, yaitu:
  1. Perubahan Suhu. Adanya perubahan atau perbedaan suhu siang hari dan malam hari yang sangat tinggi dan disebut sebagai amplitudo suhu harian, terutama di daerah gurun pasir mengakibatkan bongkahan batuan setempat menjadi retak, pecah, dan mengelupas.
  2. Insolasi (Sole = Matahari). Insolasi yaitu pelapukan yang disebabkan penurunan suhu udra yang mendadak. Di daerah gurun, saat panas terik lalu turun hujan tiba-tiba, terjadi penurunan suhu udara yang tiba-tiba.
  3. Pembekuan Air dalam Celah Batuan. Genangan air di celah-celah batuan, pada malam hari akibat penurunan suhu sampai beberapa derajat di bawah nol menyebabkan air tadi berubah menjadi es. Ketika genangan air di celah batuan itu berubah menjadi es volumenya lebih besar dan menekan celah batuan.
  4. Warna Mineral Batuan. Perbedaan warna mineral pembentuk batuan pun menyebabkan perbedaan pemuaian bagian-bagian batuan. Jika proses pemuaian itu terus-menerus menyebabkan berlangsungnya pelapukan mekanik. Warna mineral batuan yang gelap bersifat cepat menyerap panas, energi panas yang diserap mengakibatkan batuan memuai.
  5. Pelapukan Es (Glasial). Di daerah kutub juga terjadi pelapukan fisis berhadap es yang dinamakan pelapukan es, sebab adanya amplitudo suhu harian tinggi antara malam dan siang hari atau antara suhu musim dingin dengan musim panas.
  6. Air yang Bergerak. Gerakan air menimbulkan juga pecah-pecahnya batuan yang dilaluinya. Ini dapat di lihar bahwa kerikil yang dingkut oleh sungai sudut-sudutnya hilang menjadi bulat.
  7. Abrasi, gelombang laut yang memukul pantai dapat merusakkan batuan di pantai.
  8. Akar-akar pohon yang masuk ke dalam batuan tumbuh menjadi besar dan memecahkan batuan itu.

2) Pelapukan Kimia
Pada pelapukan ini batu-batuan tidak hanya mengalami penghancuran fisik tetapi disertai perubahan struktur kimiawi batuan itu. Proses pelapukan ini dipengaruhi oleh air dan kondisi iklim. Pelapukan kimia di daerah kapur menghasilkan batuanbatuan baru atau gejala karst, seperti:
  1. Dolina (russ) yaitu lubang-lubang yang berbentuk corong.
  2. Uvala, yaitu suatu depresi di daerah karst yang lebih besar dari doline.
  3. Gua kapur dan sungai di dalam tanah.
  4. Stalaktit yaitu bentukan di langit gua dan stalagmit yaitu bentukan di lantai gua.
  5. Kubah kapur yaitu bukit-bukit kecil dari batuan kapur.

3) Pelapukan Organis
Pada pelapukan ini batu-batuan hancur oleh adanya aktivitas organisme, baik tumbuhan, satwa atau manusia. Misalnya penghancuran batuan oleh akar cendawan dan lumut melapukkan batuan tempat lekatnya, atau bakteri dan organisme kecil dalam tanah.

b. Pengikisan (Erosion)
Erosi adalah suatu proses pengikisan dan penorehan bahan-bahan yang disebabkan oleh gerakan air mengalir, hembusan angin, gelombang laut, dan gletser.

1) Aliran Air
Berdasarkan bentuk atau tipe erosinya, terdapat 5 macam erosi air yaitu:
  1. Erosi Percikan (splash erosion), terjadi sebab tenaga tetesan air hujan memecahkan bahan mineral seperti batu, kerikil, debu, dan partikel tanah.
  2. Erosi Permukaan (sheet erosion), erosi yang mengikis tanah bagian atas sehingga kesuburan tanah berkurang.
  3. Erosi Alur (riil erosion), terjadi sebab pengumpulan aliran air permukaan yang membentuk alur-alur.
  4. Erosi Parit (gully erosion), adalah perkembangan erosi alur yang membentuk parit-parit yang lebih dalam dan lebar.
  5. Erosi Air Terjun (water fall erosion), terjadi pada lereng yang curam atau terjal di mana terdapat air terjun.

Bentukan-bentukan permukaan bumi hasil erosi air, antara lain berikut ini.

Meander dan Oxbouw Lake, Meander yaitu kelokan sungai yang berulang-ulang, sedangkan oxbow lake yaitu bekas aliran sungai yang berbentuk tapal kuda dikenal dengan nama kali mati.
Lembah, ngarai dan jurang yang dalam (canyon) seperti Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon of Colorado.

2) Gerakan Gelombang Laut
Gelombang laut yang bergerak terus menerus pada dinding pantai menyebabkan pengikisan pantai dan memindahkan material batuan dari pantai ke tempat sekitarnya yang dinamakan abrasi. Abrasi menyebabkan terbentuknya
  • cliff, yaitu dinding pantai yang curam dan terjal;
  • relung, yaitu cekungan pada dinding pantai;
  • dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah datar di pantai;
  • cave yaitu terowongan atau gua di pantai.

3) Gletser
Gletser adalah bongkahan-bongkahan atau lempengan es yang bergerak lambat dari pegunungan tinggi menuju ke bawah. Pada saat bergerak terjadi pengikisan dan sekaligus menyeret batubatuan ke bawah yang dinamakan eksarasi. Erosi ini menyebabkan terbentuknya morena yaitu timbunan batu kerikil, pasir, dan bongkahan yang ditinggalkan oleh sisa gletser, sedangkan lawine adalah longsor gletser atau salju.

4) Hembusan Angin
Angin yang berhembus sambil membawa pasir melaksanakan pengikisan pada batuan yang dilewatinya yang dinamakan korasi. Korasi ini menyebabkan terbentuknya batu cendawan atau batu jamur di padang pasir.

c. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan batuan besar, kecil, halus dan bahan sisa organik hasil kerja erosi yang diangkut oleh aliran air, hembusan angin dan gelombang laut di suatu tempat dalam kurun waktu yang lama. Sedimentasi adalah salah satu tenaga eksogen yang turut menentukan relief permukaan bumi. Bentukan-bentukan yang dihasilkannya tergantung pada media penyebabnya antara lain:

1) Sedimentasi oleh Air Sungai
Aliran air sungai membawa bahan-bahan padat hasil erosi dan diendapkan di sekitar aliran sungai berupa

bantaran sungai, yaitu daratan yang berada di sebelah kanan-kiri sungai;
kipas aluvial, yaitu endapan sungai yang berbentuk kipas;
dataran banjir (flood plain), terjadi apabila sungai meluap atau banjir, di kanan kirinya terdapat endapan yang datar;
delta, yaitu bentukan sedimentasi di bagian hilir sungai baik di danau ataupun di pantai.

2) Sedimentasi oleh Angin (Eolis)
Hembusan angin membawa bahanbahan padat yang diendapkan di tempat tertentu. Bentukan alam yang dihasilkannya berupa

guguk pasir (sand dunes), yaitu bukit pasir yang rendah di daerah pantai atau gurun.
barchans, yaitu sejenis bukit pasir berbentuk bulan sabit yang lerengnya melandai menghadap ke arah datangnya angin.

3) Sedimen oleh Gelombang Laut
Gerakan gelombang membawa bahan-bahan hasil pengikisan dan diendapkan di sepanjang pantai. Bentukan alam yang dihasilkannya berupa

beach, yaitu kumpulan puing batu karang di sekitar cliff;
bar, yaitu endapan pasir di pantai yang arahnya me-manjang;
tombolo, yaitu endapan pasir yang menghubungkan pulau dengan daratan induk.

Sumber : Pusat Pembukuan Kemdiknas

No comments:

Post a Comment