Pada masa pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit melaksanakan perlawanan pada Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang mengusir Portugis dari Ternate. Perlawanan itu sudah mengancam kedudukan Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka sudah menyebabkan Portugis di Maluku kesulitan memperoleh bantuan. Oleh sebab itu, Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita mengajukan perundingan damai kepada Sultan Hairun. Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke benteng Sao Paulo. Dengan cara itu, Sultan Hairun berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lopez de Mesquita. Peristiwa inilah yang menjadi penyebab perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Sultan Baabullah.
Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (1570-1583). rakyat menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku. Benteng Sao Paolo dikepung selama lima tahun. Strategi itu berhasil mengalahkan Portugis. Pada tahun 1575 Portugis meninggalkan Maluku. Setelah kepergian Portugis, Ternate berkembang menjadi kerajaan Islam terkuat di Maluku. Sultan Baabullah berhasil membawa Ternate mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan Ternate membentang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga Kepulauan Kai dan Nusa Tenggara di bagian selatan. Setiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil sultan yang disebut sangaji. Sultan Baabullah selanjutnya dijuluki "penguasa 72 pulau". Pulau-pulau itu semuanya berpenghuni dan mempunyai raja yang tunduk kepada Sultan Baabullah.
No comments:
Post a Comment