Friday, 11 November 2016

Perlawanan Trunojoyo Melawan VOC

Trunojoyo adalah Adipati Madura yang tidak menyukai kepemimpinan Sunan Amangkurat I yang memihak Belanda. Oleh sebab ketidakpuasannya itu, Trunojoyo mengadakan pemberontakan yang dimulai dari Madura, terus ke Jawa Timur hingga ke daerah sekitar Jawa Tengah. Karena begitu dahsyatnya serangan Pasukan Trunojoyo, akhirnya Keraton Mataram berhasil diduduki dan Sunan Amangkurat I bersama putra mahkota melarikan diri. Oleh Trunojoyo semua harta dan barang pusaka keraton diangkut ke Kediri sebagai pusat perlawanan Trunojoyo.

Secara berturut-turut laskar Trunojoyo berhasil dalam menaklukkan Lasem, Rembang, dan Jepara. Namun, karena kota ini dilindungi oleh VOC-Belanda, pasukan Madura keluar dari Jepara. Nampaknya Trunojoyo tidak ingin berperang dengan VOC, dimana hal ini berlaku pula untuk kota Kudus. Selanjutnya, Demak jatuh pada tanggal 11 Desember 1676, dimana kurang lebih 11.000 pasukan Mataram meninggalkan Demak akibat kekurangan pasokan bahan pangan. Lalu pada 24 Oktober 1676, Laskar Madura telah masuk dan membakar kota Semarang.

Adipati Semarang Nayacitra melarikan diri, sementara itu, bawahannya Astrayuda, menyebrang ke pihak musuh. Dan menjelang pergantian tahun, sebuah kapal Cirebon memberi tahu bahwa Laskar Madura sudah merebut Pekalongan.4 Pada akhir Februari 1677, VOC menekan persekutuan Wangsadipa yang bertindak atas nama susuhan Amangkurat I. VOC berjanji melindungi Susuhan Amangkurat I dari semua musuh yang tidak terikat perjanjian damai dengan VOC. Sebagai imbalanya atas apa yang dilakukan terhadap Mataram, VOC akan dibebaskan dari pajak lalu lintas barang. Bebas mengimpor dan mengekspor komoditas apapun. Bebas mendirikan pos dagang di manapun, termasuk diberi keleluasaan menggunakan kayu dan tenaga kerja manusia Mataram sebanyak yang dibutuhkan. Sebaliknya Mataram dilarang mengadakan hubungan dagang dengan pihak Makasar, Melayu dan Moor (kaum Muslim non-Indonesia).

Trunojoyo pada bulan April 1677 memberitahukan kepada utusan VOC-Belanda bahwa separuh wilayah Mataram telah ditaklukkan olehnya dan bersiap untuk melakukan penyerangan ke ibukota Mataram di Plered. Pasukan Trunojoyo berhasil mengalahkan pasukan Mataram di bawah pimpinan Adipati Anom yang berbalik mendukung ayahnya pada bulan Oktober 1676. Dan kemudian berhasil menyerbu Ibukota Mataram, Plered. Kemudian Amangkurat I terpaksa melarikan diri dari keratonnya dan berusaha menyingkir ke arah barat, akan tetapi dalam pelariannya kondisi kesehatan Amangkurat sendiri sedang menurun. Setelah terdesak ke Banyumas kemudian ke Ajibarang dan Wonoyoso, ia akhirnya meninggal di daerah Tegalwangi (sebelah selatan Tegal). Sesudahnya Susuhan Amangkurat I kemudian juga dikenal dengan julukan Sunan Tegal Arum.
Perlawanan Trunojoyo Melawan VOC
Trunojoyo
Pelarian Sunan Amangkurat I bersama putranya memiliki tujuan mencari pertolongan VOC. Namun, dalam perjalanannya menuju Batavia, Sunan Amangkurat I meninggal dunia di Tegal Arum pada tahun 1677. Kemudian, dia diganti oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat II. Dengan demikian, sejak tahun 1677 Kesultanan Mataram diperintah oleh Sunan Amangkurat II. Segera mengadakan perjanjian dengan VOC mau menolong memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Isi perjanjian itu seperti berikut.
  1. VOC bebas berdagang di mataram, dan bebas dari kewajiban membayar pajak pelabuhan.
  2. Karawang dan sebagian daerah Priangan yang berada di bawah kekuasaan Mataram diserahkan kepada VOC. Adapun yang menjadi batas wilayah Mataram dangan VOC adalah Sungai Cimanuk.
  3. Daerah Semarang dan sekitarnya diserahkan kepada VOC.
  4. Semua daerah pantai utara Jawa diserahkan kepada VOC selama Sunan Amangkurat II belum melunasi biaya perang. 
Atas pertolongan VOC, akhirnya Sunan Amangkurat II berhasil memadamkan pemberontakan Trunojoyo tahun 1680. Setelah ibu kota Mataram dipindahkan dari Plered ke Kartasura.

Sumber : IPS Terpadu - SMP Kelas VIII

No comments:

Post a Comment