Tuesday, 13 January 2015

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang

Perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang sangat berpengaruh terhadap perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Uraian berikut ini akan membantu kamu memahami perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Bagaimana perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang? Untuk mempelajari berbagai perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang, terlebih dahulu kamu perlu memahami bagaimana proses pendudukan Jepang di Indonesia. Kapan Jepang mulai menguasai Indonesia? Bagaimana Jepang menguasai Indonesia? Bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang?

a. Bangsa Indonesia dikuasai Jepang

Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar. Dilihat dari segi ekonomi, Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di Indonesia untuk kepentingan pengembangan aktivitas ekonominya. Di samping sebagai penyedia bahan baku, Indonesia juga merupakan daerah pemasaran industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara Sekutu. Bahkan dampaknya hingga sekarang, Indonesia menjadi konsumen besar bagi Jepang. Selain itu Jepang harus menggalang kekuatan pasukannya, dan mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia.

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang

Perhatikan gambar diatas. Peta tersebut menggambarkan gerakan tentara Jepang ketika masuk ke Indonesia. Terdapat tiga tempat penting pendaratan Jepang ketika masuk ke Indonesia, yakni Tarakan (Kalimantan), Palembang (Sumatra), dan Jakarta (Jawa). Berdasarkan tiga lokasi tersebut, lokasi manakah yang paling dekat dengan tempat tinggalmu? Dapatkah kamu temukan alasan mengapa Jepang memilih menduduki tempat tersebut? Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang strategis untuk menguasai Indonesia. Selain itu tiga lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan politik dan ekonomi pada masa kependudukan Belanda.

Wawasan

Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang melakukan pembagian tiga daerah pemerintahan militer di Indonesia, yakni:
  1. Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk Sumatra, dengan pusatnya di Bukittinggi.
  2. Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XVI) untuk Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta.
  3. Pemerintahan Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya di Makassar.
Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
Jepang berhasil menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari. Setelah menguasai Palembang, kemudian Jepang menyerang Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan Belanda. Batavia (Jakarta) sebagai pusat perkembangan Pulau Jawa, berhasil dikuasai oleh Jepang pada tangga l 5 Maret 1942. Setelah melakukan berbagai pertempuran akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang-Jawa Barat. Surat perjanjian serah terima kedua belah pihak ditandatangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang Belanda) yang diserahkan kepada Letnan Jenderal Imamura (pimpinan pasukan Jepang). Sejak saat itu seluruh Indonesia dalam kekuasan Jepang.

b. Kebijakan Pemerintah Militer Jepang

Bagaimana setelah Jepang menguasai Indonesia? Kebijakan apa saja yang dilakukan Jepang terhadap masyarakat Indonesia? Bagaimana kondisi Bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang?

Untuk memahami tentang kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia kamu dapat menyimak informasi berikut ini.

Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia dengan berbagai cara. Jepang melakukan propaganda dengan semboyan “Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia) untuk menarik simpati rakyat Indonesia seperti terlihat pada gambar. Selain itu Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan ibadah, mengibarkan bendera merah putih yang berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh Jepang hanyalah janji manis saja. Sebagai penjajah, Jepang justru lebih kejam dalam menjajah bangsa Indonesia. Jepang melakukan beberapa kebijakan terhadap negara jajahan Indonesia. Program yang paling mendesak bagi Jepang adalah mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut antara lain:

1) Membentuk organisasi-organisasi sosial

Organisasi-organisasi sosial yang dibentuk oleh Jepang diantaranya Gerakan 3 A, Pusat Tenaga Rakyat, Jawa Hokokai, dan Masyumi. Gerakan Tiga A Dipimpin oleh Mr. Syamsuddin yang bertujuan untuk meraih simpati penduduk dan tokoh masyarakat sekitar. Seiring perkembangannya gerakan ini kurang berhasil, sehingga Jepang membentuk organisasi yang lebih menarik.

Sebagai ganti Gerakan Tiga A, Jepang mendirikan gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tanggal 1 Maret 1943. Gerakan Putera dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional yang sering disebut empat serangkai yaitu Sukarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Gerakan Putera cukup diminati oleh kalangan tokoh pergerakan Indonesia.

Pemerintah Jepang kurang puas dengan kegiatan yang dilakukan oleh gerakan Putera karena para tokoh gerakan Putera memanfaatkan organisasi ini untuk melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh perjuangan. Pada akhirnya organisasi Putera dibubarkan oleh Jepang.

Pada tahun 1944 dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Gerakan ini berdiri di bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tujuan pokoknya adalah menggalang dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.

Islam adalah agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Jepang merasa harus bisa menarik hati golongan ini. Sehingga pada tahun 1943 Jepang membubarkan Majelis Islam A’la Indonesia, dan menggantikannya dengan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur.

2) Pembentukan Organisasi Semi Militer

Jepang menyadari pentingnya mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu perang menghadapi Sekutu. Sehingga Jepang membentuk berbagai organisasi semi militer seperti Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho dan Pembela Tanah Air (Peta).

Organisasi Barisan Pemuda (Seinendan) dibentuk 9 Maret 1943. Tujuannya adalah memberi bekal bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya. Maksud Jepang adalah untuk membantu menghadapi tentara Sekutu.

Fujinkai merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk latihan semi militer Keibodan merupakan barisan pembantu polisi, untuk laki-laki berumur 20-25 tahun. Heiho didirikan tahun 1943, merupakan organisasi prajurit pembantu tentara Jepang. Pada saat itu Jepang sudah mengalami kekalahan di beberapa front pertempuran. Sedangkan Peta didirikan 3 Oktober 1943, merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh pendidikan militer secara khusus dari Jepang. Kelak para eks-Peta akan besar peranannya dalam bertempur melawan Jepang dan Belanda.

3) Pengerahan Romusha

Jepang melakukan rekrutmen anggota Romusha yang bertujuan untuk mencari bantuan tenaga yang lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang. Anggota-anggota Romusha dikerahkan oleh Jepang untuk membangun jalan, kubu pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya. Jumlah Romusha paling besar berasal dari Jawa, yang dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai di Malaya, Burma, dan Siam.

Sebagian besar Romusha adalah penduduk yang tidak berpendidikan. Mereka terpaksa melakukan kerja rodi ini karena rasa takutnya kepada Jepang. Pada saat mereka bekerja sebagai romusha makanan yang mereka dapat tidak terjamin, sehingga kesehatan mereka buruk, sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan rakyat Indonesia meninggal akibat Romusha.

Mendengar nasib Romusha yang sangat menyedihkan, banyak pemuda Indonesia yang meninggalkan kampungnya. Mereka takut akan dijadikan romusha. Akhirnya, sebagian besar desa hanya didiami oleh kaum perempuan, orang tua, dan anak-anak.

Penjajahan Jepang yang sangat menyengsarakan adalah pemaksaan wanita-wanita untuk menjadi Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah wanita yang dipaksa Jepang untuk melayani kebutuhan Jepang di berbagai pos medan pertempuran. Banyak gadis-gadis desa diambil paksa tentara Jepang untuk menjadi Jugun Ianfu. Sebagian mereka tidak kembali walaupun Perang Dunia II telah berakhir.

4) Eksploitasi Kekayaan Alam

Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia. Pengerukan kekayaan alam, dan harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan yang dilakukan oleh Belanda. Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus menunjang semua keperluan perang Jepang.

Jepang mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda, dan mengawasi secara langsung seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung keperluan perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib menyerahkan bahan pangan besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai, dan intansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang semakin menyengsarakan rakyat Indonesia.

Pada masa panen, rakyat wajib melakukan setor padi, sehingga mereka hanya membawa pulang padi sekitar 20% dari panen yang dilakukannya. Kondisi ini yang membawa musibah kelaparan, dan penyakit busung lapar di Indonesia. Banyak penduduk yang memakan umbi-umbian liar, yang sebenarnya hanya pantas untuk makanan ternak.

Sikap manis Jepang hanya sebentar, tanggal 20 Maret 1942 dikeluarkan maklumat pemerintah yang isinya berupa larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa bangsa Indonesia.

c. Strategi Kaum Pergerakan Kemerdekaan

Beberapa sikap perjuangan bangsa Indonesia telah dilakukan untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut. Propaganda Jepang sama sekali tidak mempengaruhi para tokoh perjuangan untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun para tokoh pergerakan sadar bahwa Jepang adalah penjajah.

Bahkan para tokoh sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi pendirian Jepang sebagai ‘batu loncatan’ untuk meraih Indonesia merdeka. Beberapa bentuk perjuangan pada jaman Jepang adalah :

1) Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang

Kelompok ini sering disebut kolaborator, karena mereka mau bekerjasama dengan penjajah. Sebenarnya cara ini sebagai bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya adalah para pemimpin Putera seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan rakyat. Putera justru dijadikan para pemuda Indonesia sebagai ajang kampanye nasionalisme.

2) Gerakan Bawah Tanah

Larangan berdirinya partai politik pada jaman Jepang, mengakibatkan sebagian tokoh perjuangan melakukan gerakan bawah tanah. Gerakan bawah tanah merupakan perjuangan melalui kegiatan-kegiatan tidak resmi, tanpa sepengetahuan Jepang (gerakan sembunyi-sembunyi). Dalam melakukan perjuangan, mereka terus melakukan konsolidasi untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Mereka menggunakan tempat-tempat strategis, seperti asrama pemuda untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Penggalangan semangat kemerdekaan dan membentuk suatu negara terus mereka kobarkan.

Tokoh-tokoh yang masuk dalam garis pergerakan bawah tanah adalah Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin. Mereka terus memantau perang Pasifik melalui radio-radio gelap. Pada saat itu Jepang melarang bangsa Indonesia memiliki pesawat komunikasi. Kelompok bawah tanah inilah yang sering disebut golongan radikal/ keras, karena mereka tidak kenal kompromi dengan Jepang.

3) Beberapa Perlawanan Bersenjata

Di samping perjuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang dan gerakan bawah tanah, adapula perlawanan-perlawanan bersenjata yang dilakukan bangsa Indonesia di beberapa daerah di Indonesia.

d. Eksploitasi Sumber Daya Manusia dan Alam

Eksploitasi kekayaan alam menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang. Misi Jepang untuk memenangkan Perang Dunia II menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis menghadapi tentara Sekutu. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia Belanda merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu lama. Sementara Jepang banyak membutuhkan banyak dukungan dalam menghadapi PD II. Sehingga Jepang menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman jarak dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan untuk mesin perang.

Kesengsaraan pada masa pendudukan Jepang menyebabkan besarnya angka kematian pada masa pendudukan Jepang. Migrasi terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu. Banyak rakyat Indonesia yang ikut dalam Romusha maupun bantuan pasukan Jepang dibawa ke beberapa negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian mereka tidak kembali dan tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma, Malaya, Vietnam, dan Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu orang tersebut banyak yang tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II usai.

e. Kemunduran dalam bidang ekonomi

Sistem ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Pemutusan hubungan dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian, sehingga rakyat mengusahakan sendiri. Pakaian terbuat dari benang gono menjadi tren masyarakat masa pendudukan Jepang. Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Nah, apakah kamu pernah mendengar pajak. Tentu jawabnya iya, karena bapak/ibu kalian memiliki tanggung jawab membayar pajak, seperti: pajak kendaraan sepeda motor, mobil, pajak bumi dan bangunan, dan lain sebagainya. Apa yang kalian ketahui tentang pajak? Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata pajak? Pajak adalah iuran (pembayaran) wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan UU.

Pajak merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Di mana terdapat sistem pemerintahan pasti kemudian muncul pajak. Membayar pajak adalah wajib bagi seorang wajib pajak. Bayarlah pajak tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku! Jujurlah dalam membayar pajak, karena hasil pemungutan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan.

f. Kondisi pendidikan masyarakat

Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun, misalnya sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi macet. Pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Demikian halnya dengan bahasa Jepang, juga menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.

Tradisi budaya Jepang dikenalkan di sekolah-sekolah mulai tingkat rendah. Para siswa harus digembleng bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain, menghormati bendera Hinomaru, melakukan gerak badan (taiso) dan seikerei.

g. Pemaksaan budaya Jepang

Jepang berusaha “menjepangkan” Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan menghormat matahari, menyanyikan lagu Kimigayo merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan pertentangan di berbagai daerah. Kamu dapat mengamati terjadinya perlawanan masyarakat pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab perlawanan adalah penolakan terhadap kebiasaan perintah menghormati matahari.

Perkembangan bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif dan menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.

h. Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Propaganda Jepang berhasil memeengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dan penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Dengan kebijakan yang kaku dan keras, maka secara politik, organisasi pergerakan yang pernah ada sulit mengembangkan aktivitasnya. Bahkan Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa Kolonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup, karena organisasi ini dikenal sangat anti terhadap budaya Barat (Belanda).

Kempetai selalu memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya muncul gerakan bawah tanah dalam pergerakan nasional. Jepang memanfaatkan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia untuk dapat memberikan dukungan, terhadap kekuasaan Jepang di Indonesia. Akibatnya timbul berbagai sikap dan kelompok di lingkungan para tokoh pergerakan nasional. Kelompok pertama adalah kelompok yang masih mau bekerjasama dengan Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan nasional.

Para tokoh ini adalah mereka yang muncul dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Jepang, sehingga melakukan gerakan bawah konsolidasi perjuangan pergerakan nasional tanah.

Pada masa akhir pendudukan Jepang terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni kemerdekaan Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.

No comments:

Post a Comment