Tuesday, 28 July 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Mengapa Indosia Sulit Menjadi Negara Maju ?. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Mengapa Indosia Sulit Menjadi Negara Maju ?

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pernah mengatakan bahwa paling tidak ada beberapa faktor yang menjadi penghambat negara berkembang termasuk Indonesia untuk menjadi negara maju. Dari data tahun 2008, ada 103 negara berkembang, namun yang berhasil menjadi negara maju hanyalah 13 negara saja. Negara-negara yang tidak bisa maju itu terjebak dalam middle income trap.

Pemerintah Indonesia optimis bisa keluar dari jeratan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Selama ini, istilah itu disematkan pada bangsa yang mencapai tahapan sejahtera, tapi akhirnya gagal naik kelas jadi negara maju. Ukuran yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Dari data tahun 2013, PDB per kapita Indonesia berada di kisaran USD 3.592-4.810. Sesuai analisis Lembaga Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), negara ini sudah masuk kategori lower middle income. Sesuai teori, momen 42 tahun mendatang akan jadi tantangan pemerintah. Namun, optimisme pemerintah dikoreksi oleh Pusat Peneliti Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dari hasil analisis ilmiah, pekerjaan rumah pemerintah menyediakan pondasi perekonomian masih bejibun.

Jika sumber daya dikelola baik, seharusnya Indonesia dalam setengahaba d sudah mencapai taraf negara maju. Kisah sukses itu dapat ditengok dari Korea Selatan. Negeri Ginseng mencapai posisinya sekarang sebagai raksasa ekonomi dalam waktu 15 tahun. Dari simulasi OECD, Indonesia berpeluang naik kelas jadi negara berpendapatan tinggi pada 2042. Pada masa itu, pendapatan rata-rata penduduk seharusnya Rp 132 juta per tahun.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia belum bisa menjadi negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa, Asia Timur atau Amerika. Negara Indonesia terlalu jauh tertinggal dengan negara itu dalam bidang pendidikan, pemerintahan, budaya, ilmu, teknologi, sektor industri, pertanian pangan dan sebagainya yang masih banyak lagi. Itu dikarenakan Indonesia masih terlalu bergantung dengan negara-negara tetangganya. Misalnya dalam sektor pertanian masih banyak adanya impor hasil cocok tanam luar negeri, dikarenakan hasil pertanian Indonesia yang masih belum memenuhi kuota kebutuhan pangan dalam negeri serta hasil panennya yang jauh lebih bagus impor daripada hasil dalam negeri. Hal itu tentu menjadi masalah untuk para petani sebab akan berpengaruh juga dalam harga jual hasil tanaman lokal. Apa sih yang menjadikan hasil tanaman impor lebih baik daripada hasil tanaman lokal? Iya, jawabannya adalah soal teknologi dan ilmu. Kenapa begitu? Itu dikarenakan dalam bercocok tanam luar negeri didasari dengan research (penelitian) agar tanaman yang dihasilkan lebih unggul dalam segi kualitas, ukuran atau rasa yang dihasilkan. Di luar negeri sering mengadakan penelitian untuk menciptakan hasil penemuan yang hasilnya bakal diberi hak paten jika sudah memenuhi kualifikasi. Negara Indonesia memang dikenal dengan negara agraris, tapi mengapa negara agraris lebih mengandalkan hasil impor daripada hasil lokalnya? Nah, itu tadi baru sedikit dari jawaban itu.
Mengapa Indosias Sulit Menjadi Negara Maju ?
Sedangkan dalam segi pendidikan Indonesia juga tertinggal juga. Ini dikarenakan rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia yang masih minim jika dibandingan dengan kelayakan. Karena masyarakat beranggapan kalau sekolah itu hanya mengabiskan uang dan belum tentu mendapatkan pekerjaan. Sebenernya anggapan itu tidak salah juga, dikarenakan angka pengangguran di Indonesia yang masih sangat banyak. Itu juga yang menjadi mengapa maraknya orang yang lebih suka bekerja dengan menjadi seorang pengamen atau pengemis yang minta-minta yang terutama di daerah perkotaan/metropolitan. Faktanya lowongan pekerjaaan di Indonesia itu banyak, tapi upah yang diberikan oleh perusahaan itu terlalu minim yang menjadikan ekonomi Indonesia banyak yang dibawah kriteria menengah ke bawah. Tapi ada juga orang-orang Indonesia yang menjadi sosok sorotan publik dikarenakan usaha dan upayanya. Banyak yang sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi dan akhirnya telah menjadi orang sukses seperti pejabat, pengusaha, dan sebagainya. Tapi saat telah menjadi orang yang sukses mereka lupa dengan jati dirinya yang dulu dan menjadikan mereka murka. Seperti maraknya praktek korupsi di Indonesia yang menjadikan rakyatnya semakain miskin. Dari pejabat yang tingkat pusat sampai dengan yang tingkatnya bagian desa saja banyak yang melaksanakan korupsi. Itu sebab telah menjadi budaya masyarakat Indonesia yang menurun sampai sekarang ini.

Banyak yang melaksanakan praktek itu sebab masih minimnya hukuman untuk koruptor yang ada Indonesia. Banyangin saja, koruptor dipenjara dengan fasilitas seperti di dalam hotel berbintang. Penjara sekarang juga mengikuti trend ya sampe dimodifikasi segala. Hukuman seperti itu tidak bakalan bikin jera untuk koruptor dan apa lagi vonis yang dijatuhkan tidak sampai 10 tahun. Dan denda yang diberikan saja tidak sampai angka yang mereka korupsi. Inikah yang dinamakan dengan negara hukum? Padahal kalau masyarakat biasa saja ada yang nyolong ayam sampe dipenjara berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Apa ini yang dinamakan keadilan dari negara hukum? Hukum saja masih berpihak sebelah gitu masih saja dipraktekkan sampai sekarang. Mau jadi apa negara kita kelak? Hal itu disebabkan sebab praktek manipulasi uang yang sudah marak di negara kita. Masalah apa pun sekarang jika diselesaikan dengan uang pasti sudah selesai. Itu juga yang menyebabkan orang-orang Indonesia diperbudak oleh uang. Karena menurut mereka uang adalah segalanya. Bayangin saja, orang sekarang mau jadi PNS pasti dengan uang. Mau jadi polisi pasti dengan manipulasi uang juga. Biar bisa diterima di sekolah favorit dengan manupulasi uang juga. Biar vonis yang dijatuhkan hakim tidak terlalu berat dengan manipulasi uang juga. Itulah yang menyebabkan pemerintahan Indonesia belum berjalan dengan baik. Orang kaya semakin bahagia, sedangkan masyarakat miskin semakin menderita dan merajalela.

Makin maraknya praktek-praktek seperti itu dikarenakan pendidikan karakter dan moral di Indonesia yang masih kurang. Dengan pendidikan moral yang dilebihkan pada usia dini sebenarnya dapat mengurangi praktek-praktek itu kelak saat anak itu telah dewasa. Karena pendidikan moral dan pendidikan formal itu wajib seimbang agar generasi muda Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. Tidak berat sebelah yang menjadikan tidak seimbang. Seperti orang yang memang berpendidikan tinggi  akan tetapi kelakuannya seperti tikus berdasi. Tapi sifat seperti itu juga menular, sebab faktor dari lingkungan sangat berpengaruh pada etika moral seseorang. Misalnya saja, praktek korupsi di lingkungan pajak. Pasti semua karyawannya itu diajak bersama melakukan, jika ada yang tidak mau pasti diberi ancaman. Pola hidup yang mencari gampangnya saja yang menjadikan praktek-praktek itu semakin marak. Itu juga akibat dari harapan seseorang untuk mempunyai sesuatu yang mewah, tapi ada juga yang disebabkan untuk memenuhi hawa nafsu semata seperti praktek korupsi oleh pejabat untuk gratifikasi seks. Dengan adanya sanksi yang lebih tegas dan pendidikan moral sejak usia dini mungkin bisa menghilangkan kebiasaan yang cenderung merusak moral bangsa dan bisa menjadikan negara semakin rusak.

Dari segi teknologi Indonesia juga tertinggal jauh dengan negara luar. Sebenarnya ada orang-orang Indonesia yang ahli dalam bidang itu. Tapi orang-orang itu tidak dipelihara oleh negara dan akhirnya malah dipelihara oleh negara lain sehingga bekerja di negara itu. Sedangkan orang-orang yang dipelihara oleh negara Indonesia sendiri saat sudah sukses malah membalas budi pemerintah dengan melaksanakan praktek-praktek korupsi. Ya itulah Indonesia dengan segi berkebalikan yang sampai sekarang masih memarak. Untuk seperti barang-barang industri elektronik, otomotif dan sebagainya Indonesia masih mengandalkan impor dari negara luar juga. Ini dikarenakan Indonesia lebih suka produk luar negeri yang kualitasnya memang lebih baik. Selain itu, dengan adanya impor Indonesia bisa mendapatkan penghasilan dari pajak impor barang itu. Tapi apakah kita wajib selalu menggantungkan diri dengan negara lain itu? Kalau terlalu banyak impor yang dilakukan maka akan terjadi inflasi rupiah yang semakin lama tertinggal dengan dollar. Sehingga rupiah pun semakin payah. Tidak lama ini ada penemuan dari anak bangsa yang sangat membanggakan sebab produksi mobil yang nyaris semuanya dari jerih payah anak bangsa. Kejadian itu bisa menjadikan pelajaran untuk kita untuk selalu berusaha menciptakan sesuatu dengan usaha sendiri. Mobil itu tidak kalah juga jika dibandingkan dengan produk luar negeri. Asalkan jika terus dimodifikasi dan bisa diproduksi secara massal saat sudah dikatakan layak uji pakai. Sehingga kan kita tidak perlu lagi memakai produk impor lagi. Maka, cintailah produk dalam negeri.

Yang terakhir adalah masalah budaya. Sebenarnya kalau masalah budaya Indonesia tidak tertinggal, malahan Indonesia kaya akan budaya sebab Indonesia adalah negara multikultural. Dengan budaya itu bisa menjadikan negara Indonesia lebih dikenal negara lai sebab ciri khas suatu negara adalah budaya asli dari negara itu. Sayangnya, masyarakat Indonesia banyak yang telah melupakan budaya setempat. Karena telah terpengaruh oleh budaya luar yang lebih modern. Menurut mereka budaya luar lebih bagus, modern dan tidak ketinggalan jaman. Dan akhirnya budaya kita sendiri sampai digunakan oleh negara lain seperti kasus Reog yang dianggap sebagai budaya Malaysia. Padahal reog sendiri kan adalah budaya asli Indonesia yang berasal dari Ponorogo, Jawa Tengah. Sebaiknya kita belajar dari negar Korea dan Jepang yang cinta akan budaya mereka sendiri. Contohnya gaya Korea yang menjadi trend yang dikenal di seluruh dunia dengan jati diri aslinya. Kita bisa kok seperti itu dengan corak budaya kita sendiri. Yang terpenting adalah merasa bangga dengan budaya sendiri lebih baik daripada meniru budaya orang lain sebab mengikuti trend semata. Dan yang paling parah lagi adalah budaya barat yang telah meraja lela di Indonesia. Seperti dalam etika berpakaian, berbicara bahkan dalam minum-minuman atau berjudi. Sebenarnya negara kita telah dikenal di dunia dengan sosok masyarakatnya yang ramah dan beretika tinggi. Tapi mengapa kita menghilangkan anggapan itu dengan meniru budaya barat? Sebaiknya kita menjaga anggapan itu dengan cara menonjolkan budaya kita sendiri yang telah ada dari nenek moyang jaman dulu.

sumber :
damarseptiiawan.blogspot.com
merdeka.com




No comments:

Post a Comment