Gaya khas pidato Bung Tomo yang penuh semangat selalu muncul di layar televisi. Pidato retorisnya saat itu mampu mengobarkan perjuangan rakyat Surabaya menghadapi kembalinya pasukan penjajah NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang masuk bersama tentara Sekutu.
Dalam berbagai buku sejarah, nama Bung Tomo selalu disebut-sebut sebagai tokoh sentral pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Seruan heroik Bung Tomo dalam siaran radionya untuk menentang Belanda tertulis dalam sejarah Indonesia dengan tinta emas.
Namun, tokoh yang tidak diragukan lagi peranan dan kepahlawanannya ini ternyata belum diakui pemerintah sebagai pahlawan nasional. Tak sedikit pun terbersit dalam benak keluarga Bung Tomo untuk mengajukan permohonan kepada pemerintah agar ikon perjuangan arek-arek Surabaya itu memperoleh gelar pahlawan. Kesaksian rakyat atas perjuangan Bung Tomo dianggap cukup untuk mengukuhkan Bung Tomo sebagai pejuang rakyat.
Bung Tomo |
Latar Belakang Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Kekalahan Jepang tanpa syarat kepada Sekutu mengakibatkan Jepang kehilangan semua jajahannya termasuk Indonesia. Jepang harus menyerahkannya kepada Sekutu. Tugas pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang dilakukan Komando Asia Tenggara . Pasukan ini dipimpin Laksamana Lord Louis Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas itu, Mountbatten membentuk komando khusus yang diberi nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). AFNEI dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
- Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang.
- Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
- Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk dipulangkan ke Jepang.
- Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk lalu diserahkan kepada pemerintah sipil.
Pasukan Sekutu dan AFNEI mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945. Kedatangan Sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Namun setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu datang bersama orang-orang NICA, sikap Indonesia berubah menjadi curiga dan lalu bermusuhan. Situasi semakin memanas sebab orang-orang NICA mempersenjatai bekas tentara KNIL yang baru dibebaskan dari tahanan Jepang. Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta, Surabaya, dan Bandung mulai memancing kerusuhan dengan cara melakukan provokasi. Dikota -kota yang didatangi pasukan Sekutu sering terjadi insiden. Bahkan sering terjadi pertempuran antara pihak Sekutu dengan pihak Republik Indonesia. Pertempuran itu terjadi sebab pasukan Sekutu tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia.
Tentu saja kehadiran NICA di Indonesia tidak bisa diterima sebab Indonesia sudah merdeka. Kedatangan NICA adalah sebuah ancaman bagi kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, timbul pertentangan antara pasukan Sekutu dan Belanda dengan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih. Perjuangan rakyat Indonesia itu dilakukan baik dengan perjuangan bersenjata atau perjuangan diplomasi.
No comments:
Post a Comment