Saturday, 24 January 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Proklamasi Kemerdekaan sebagai Pintu Gerbang Pembangunan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Proklamasi Kemerdekaan sebagai Pintu Gerbang Pembangunan

Proklamasi Kemerdekaan sebagai Pintu Gerbang Pembangunan memang benar adanya, tanpa kemerdekaan, pembangunan akan sulit dilakukan di negara tercinta ini. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju keberhasilan pembangunan nasional. Bagaimana makna kalimat tersebut ? Pembangunan yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, hanya akan dapat dilakukan setelah Indonesia merdeka.

a. Pengesahan UUD 1945

Rapat PPKI memiliki agenda untuk menyepakati Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang telah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya menjadi rancangan awal, dan dengan sedikit perubahan, disahkan menjadi UUD yang terdiri atas: Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian, Indonesia memiliki telah landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya sendiri.

b. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Sukarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia. Mereka ditetapkan secara aklamasi dalam musyawarah untuk mufakat. Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR Supratman, mengiringi penetapan presiden dan wakil presiden terpilih.

c. Pembagian Wilayah Indonesia
Rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945 telah memutuskan pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi di seluruh bekas jajahan Hindia Belanda. Kedelapan provinsi yang dimaksud adalah: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusatenggara), Sumatera, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.

d. Pembentukkan Kementerian
Pimpinan panitia kecil melaporkan hasil rapat Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr. Ahmad Subarjo, hasil rapat Panitia Kecil mengajukan adanya 13 kementerian.

e. Pembentukkan Komite Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI kembali menyelenggarakan rapat pembentukkan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang akan menggantikan PPKI. Sukarno dan Hatta mengangkat sebanyak 135 orang anggota KNIP yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh anggota PPKI, kecuali Sukarno dan Hatta, menjadi anggota KNIP yang selanjutnya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas dan wewenang KNIP adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Republik Indonesia.

f. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Presiden Sukarno mengesahkan secara resmi Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan. Sebagian besar anggota BKR terdiri dari mantan anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Pada tanggal 5 Oktober, berdirilah TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Supriyadi sebagai tokoh perlawanan tentara PETA terhadap Jepang di Blitar, terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar maklumat itu, segera dibentuk Markas Besar TKR yang dipusatkan di Yogyakarta oleh Urip Sumohardjo.

Wawasan
Puncak perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan bangsa penjajah, adalah dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagian besar rakyat Indonesia, dengan cepat dapat menanggapi hakikat dari makna proklamasi itu. Namun demikian, ada juga yang menanggapi kemerdekaan itu adalah bebas dari segala-galanya, sehingga mereka berusaha melawan kekuatan yang selama ini membelenggunya. Kondisi ini kerap kali memunculkan apa yang disebut: revolusi sosial. Sikap rakyat yang berbeda inilah yang pada gilirannya akan memunculkan perlawanan-perlawanan, baik terhadap tentara Jepang maupun kepada penguasa pribumi yang pada zaman kolonial Belanda maupun Jepang, berpihak kepada penjajah.

1) Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Rakyat Indonesia, baik di pusat maupun daerah, pada umumnya melakukan aksi-aksi yang mendukung diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31, di Jakarta, menghendaki agar para pemimpin perjuangan kemerdekaan, mau bertemu dengan rakyat dan berbicara di hadapan mereka mengenai kemerdekaan Indonesia sebagai puncak perjuangan bangsa. Rencana ini direncanakan akan dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: persiapan pengerahan massa, dan menyampaikan rencana itu kepada presiden.

Proklamasi Kemerdekaan sebagai Pintu Gerbang Pembangunan
Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta yang terpilih secara aklamasi oleh PPKI, menyetujui usulan rencana tersebut, demikian pula dengan paramenteri yang telah dilantik. Masalah yang menjadi perhatian adalah: sikap tentara Jepang dengan rencana tersebut. Presiden harus mempertimbangkan rencana tersebut dengan matang, agar tidak terjadi bentrokan dengan massa. Sukarno kemudian memutuskan untuk mengadakan sidang kabinet di kediaman presiden. Sidang kabinet diselenggarakan pada tanggal 9 September 1945 dan berlangsung sampai tengah malam, sehingga sidang ditunda sampai pukul 10.00 pagi keesokan harinya.

Pada pagi harinya, sidang dilanjutkan lagi di Lapangan Banteng Barat dan dihadiri oleh para pemimpin pemuda atau para pemimpin Badan Perjuangan. Para pemimpin pemuda menghendaki agar pertemuan antara pemimpin bangsa dengan rakyatnya, tidak dibatalkan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, rapat menyetujui rencana itu. Presiden dan wakil presiden serta para menteri, kemudian menuju ke Lapangan Ikada. Ternyata, Lapangan Ikada telah dipenuhi oleh massa yang lengkap dengan senajata tajam. Tampak pula, tentara Jepang yang sudah bersiap siaga dengan senjata lengkap dan tank-tanknya.

Melihat kondisi ini, tampaknya bentrokan antara pasukan Jepang dengan massa, dapat terjadi sewaktu-waktu. Mobil presiden dan wakil presiden diberhentikan sebentar oleh komandan jaga, sebelum dipersilahkan masuk ke Lapangan Ikada. Sukarno menuju panggung dan menyampaikan pidato singkat, meminta dukungan dan kepercayaan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaannya. Sukarno juga memerintahkan massa untuk bubar dengan tertib. Imbauan tersebut ternyata dipatuhi oleh massa yang memadati Lapangan Ikada. Melihat fenomena ini, Rapat Raksasa di Lapangan Ikada ini adalah manifestasi pertama dari kewibawaan pemerintah Republik Indonesia kepada rakyatnya. Sekalipun rapat ini berlangsung singkat, akan tetapi telah berhasil mempertemukan rakyat dengan para-pemimpinnya dan sekaligus memberikan kepercayaan rakyat kepada para-pemimpinnya.

2) Tanggapan di berbagai Daerah terhadap Proklamasi

Berita proklamasi kemerdekaan segera menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pekik merdeka mewarnai salam masyarakat Indonesia disetiap gang, pasar, kantor-kantor, dan berbagai tempat umum lainnya. Sebagian masyarakat merasa tidak percaya, akan tetapi luapan kegembiraan menghiasi hari-hari setelah tanggal 17 Agustus 1945. Rasa syukur masyarakat Indonesia atas kemerdekaan, dilakukan dengan berbagai cara. Doa syukur berkumandang di tempat-tempat ibadah, sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Rasa syukur terhadap kemerdekaan, bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga dibuktikan dengan perbuatan. Semangat kemerdekaan, telah membakar keberanian rakyat Indonesia diberbagai daerah. Pada kesempatan, kalian akan mempelajari bagaimana besarnya semangat dan keberanian rakyat Indonesia dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan. Jiwa dan raga dipertaruhkan, dalam rangka menjaga kelangsungan negara Indonesia.

Renungkan
Rakyat Indonesia bersuka cita menyambut kemerdekaan. Kemerdekaan tersebut diperjuangkan oleh para pendahulu kita, dengan penuh pengorbanan. Selayaknya bangsa Indonesia yang hidup pada pembangunan jaman sekarang, selalu bercermin pada para pejuang kemerdekaan. Jiwa semangat berkorban, kerjasama, dan saling menghargai, ditunjukkan pada perilaku para pejuang kemerdekaan dalam memperjuangkan proklamasi dan mendirikan Republik Indonesia. Apabila kelak kamu menjadi pemimpin, toloooong... dahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, jangan lupakan itu.





No comments:

Post a Comment